Kesempatan Kedua

Hai, aku Isabel. Dan kali ini aku akan menceritakan mengenai keadaanku yang sedang hamil. Ya, aku diberi kesempatan kedua. Aku tidak akan menceritakan bagaimana kejadiannya hingga aku hamil. Kalian kan manusia, pasti lebih pintar dariku, hehe.



Saat aku hamil, Si Mbak dan Sang Paman jadi makin memperhatikanku. Aku selalu diberi makanan terbaik dan juga susu beruang pastinya.

Awalnya tidak ada yang menyadari kehamilanku, termasuk aku sendiri. Tapi lalu ART di rumah Si Mbak yang melihat ciri-ciri kehamilanku lalu memberitahu Si Mbak dan Sang Paman.

Yang aku kaget, perkiraan Sang Paman mengenai hari kelahiran ternyata sangat akurat, hanya meleset sehari. 

Pada hari-hari menjelang aku melahirkan, aku mulai sibuk mencari tempat perlindungan untukku dan calon bayi-bayiku. Si Mbak dan Sang Paman yang paling sibuk. Mereka mengumpulkan kardus-kardus, memilih yang paling bagus, lalu mengumpulkan kain-kain dan handuk sebagai alas tidurku. Tapi aku tetap saja belum merasa aman. Ujung-ujungnya, aku lebih memilih bersembunyi di lemari pakaian di dalam kamar Sang Paman.

Pada tanggal 21 November 2020 malam, aku yang sebenarnya sudah cocok dengan lemari, tetap saja merasa gelisah dan ingin selalu keluar dan masuk. Sampai akhirnya Sang Paman memaksaku masuk dan menutup pintu lemari erat-erat sehingga aku terpaksa tinggal di dalam. Ku dengar Sang Paman berbicara kepada Si Mbak: "dia cuma panik. Biarin saja, jangan dibuka sampai anaknya lahir".

Benar saja, Sang Paman membuka pintu lemari pada saat menjelang subuh karena mendengar suara tangisan empat bayiku.

Aku semakin rakus terhadap makanan. Tentu saja, karena setelah aku kenyang, aku harus setor ASI kepada empat bayiku.

***

Aku kaget saat Sang Paman membuka pintu lemari sambil kebingungan. Rupanya dia mencari-cari sumber bau. Dia mengira ada bangkai tikus, dan, ya, akhirnya dia tahu deh bahwa aku sudah memakan salah satu bayiku yang punya motif warna paling indah. Aku hanya menyisakan sedikit saja penggalan daging si cantik. Dan Sang Paman akhirnya sangat murka padaku. Dia menjentik-jentkkan jarinya ke kepalaku, dan bahkan menjitak bagian atas kepalaku. Aku hanya pasrah saja, percuma kujelaskan, karena dia tidak akan mengerti. Semua orang bersedih melihat bayiku berkurang satu ekor, dan tidak ada yang mengira bahwa akulah yang paling sedih, karena harus memakan bayiku sendiri. Hufft.

Sejak aku melahirkan, Si Gembul makin sering mengunjungiku. Mungkin dia ingin memastikan aku dan bayi-bayiku baik-baik saja. Oiya, Si Gembul adalah pejantan tua yang beberapa kali bergaul denganku dan menyebabkan kehamilanku. Kuakui, dia tua dan tidak menarik, tapi instink hewaniahku mengatakan aku harus mendekatinya untuk melestarikan spesiesku.

***

Hari-hari berganti, dan tiga bayiku semakin dewasa. Mereka sudah bisa membuka mata, dan sesuai kata Sang Paman, setelah bayi-bayiku berumur satu bulan, mereka mulai memberikan makanan dan susu tersendiri buat para krucils. Oiya, mereka juga menyediakan tempat BAB, ya, walaupun berupa kandang yang diberi pasir di bagian lantai portabelnya.

Si krucils yang lucu-lucu ini mulai diberi nama oleh para tuanku. Si bungsu yang menurutku paling indah, diberi nama MARKONAH. Kakak-kakaknya yang lebih tua malah lebih absurd lagi, UPIL dan IPIL. Huh, semena-mena saja ini para bos-bosku. Mentang-mentang mereka yang merawatku, mereka juga yang memberi nama untuk ketiga anakku. Emang harus ya, memberi nama pada hewan piaraan seperti kami?


Comments

Popular posts from this blog

Oyen Si Miko, Sahabat Bebek